Niat pemerintah tersebut seakan kontras dengan optimisme Presiden Joko Widodo beberapa tahun lalu yang meyakini Bandara Kertajati akan setara dengan Bandara Soekarno Hatta.
Menurut Direktur Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana, hal tersebut menunjukkan pembangunan Bandara Kertajati tidak dilakukan studi kelayakan yang baik.
"Dua tahun kemudian, kok malah jadi bengkel? Ini bukti tidak ada
feasibility study yang komprehensif," kata Gde Siriana kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (30/3).
Melihat rencana pemerintah yang akan membangun bengkel pesawat tersebut, Gde pun memaknai ambisi tersebut menjadi wujud pembangunan selama ini berorientasi proyek, bukan orientasi manfaat dan kebutuhan rakyat banyak.
"Maka maunya cepat jalan proyeknya meski tanpa
feasibility study yang komprehensif," sambungnya.
"Bagaimana kalau dijadikan arena
test drive mobil Esemka?" tandasnya berseloroh.
Dalam rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta pada Senin (29/3), yang dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Presiden Joko Widodo mengurai rencana baru agar Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati berfungsi optimal.
Salah satunya dengan memfungsikan bandara untuk lokasi Maintenance, Repair, Overhaul (MRO) atau bengkel pesawat.
Ridwan Kami menyambut baik. Menurutnya, dengan difungsikannya Bandara Kertajati pada MRO, maka semua pesawat bisa maintenance di sana.
Dia menekankan bahwa bisnis bandara tidak melulu hanya penumpang. Ada juga kargo dan perawatan.
“Tadi dibahas agar Kertajati bisnis juga pada nonpenumpang, kalau kargo sudah dimulai," ujarnya.
Kang Emil, sapaan akrabnya mengurai bahwa sejak diresmikan pada Mei 2018 silam, Bandara Kertajati memang masih sepi penerbangan. Menurut Kang Emil, Bandara Kertajati akan optimal beroperasi ketika Tol Cisumdawu selesai dibangun Desember 2021.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: